Langsung ke konten utama

Hukum Perayaan Maulid Nabi



Maulid Nabi adalah sebuah kebiasan yang dianggap "ibadah" oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia. Sayangnya tidak ada dasar dari Al Quran dan Hadist tentang perkara ini. Bahkan para sahabat dan 3 generasi pertama umat ini tidak pernah merayakan Maulid. 

Bukan hanya itu, Bahkan Imam yang 4 ( Imam Syafii, Imam Malik, Imam Ahmad) tidak pernah merayakannya. Terus dari mana kaum muslimin mengambil ajaran ini? 

Ajaran ini bermula dari Dinasti Syiah Fatimiah pada abad 4 Hijriah di Mesir yang mengaku keturunan Fatimah. Kelompok ini termasuk kelompok Syiah Al batiniah al Ismailiah yang mengkafirkan para sahabat nabi.  Silahkan baca karya Imam Al Maqrizi dalam kitab Mawaiz wa al-'i'tibar bi dhikr al-khitat wa al-'athar jilid 1 halaman 490.

Dalam Islam perayaan cuma ada dua yaitu Perayaan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Dalilnya adalah sbb: 

تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)” (HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 178, sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Dalam Almaidah Ayat 3 Sudah dijelaskan bahwa Agama islam ini telah sempurna 

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3)


Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Kita pahami ayat dan hadist diatas secara mendalam. Apakah mungkin Rosulullah tidak menyampaikan perkara Maulid ini jika itu baik? Jika itu baik kenapa para sahabat tidak pernah merayakannya bahkan Imam yang empat termasuk Imam Syafii tidak mengamalkan perkara ini? Kita punya akal, untuk bisnis saja kita butuh data, masa mau mengamalkan agama yang penting " menurut perasaan kita " baik? 

Hadist lain menyatakan bahwa segala kebaikan yang mengantarkan kesurga sudah dijelaskan dan segala hal yang mengantar ke neraka sudah di jelaskan.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مابقي شيء يقرب منْ الْجَنَّة ويباعد منْ النَّار إلا وقد بين لكم

“Tidak tersisa suatu (amalan) pun yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali sudah dijelaskan semuanya kepada kalian.” (HR. Thobroni dalam Al Mu’jamul Kabir 1647, dishohihkan oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi dalam Ilmu Ushulil Bida’ hal. 19)

Jika di perhatikan lebih jauh, melakukan perayaan Maulid, hari lahir, Harlah, Haul dan sebagainya tidak pernah di contohkan oleh Rosulullah dan didak ada perintahnya. Ajaran tersebut itu berasal dari Orang orang nasrani. 

Perhatikan hadist rosullah berikut :

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Bukankah Perayaan hari lahir /Harlah/ Haul/ Mauild lebih mirip mengikuti orang Nasrani daripada mengikuti ajaran Islam? 

Tapi ada Ustad yang membolehkan?

Jika ada yang beralasan, tapi ada ustad yang membolehkan? ingat yang kita ikuti adalah Alquran dan Hadist, bukan ucapan ustad. Setiap orang bisa diambil ucapannya dan ditinggalkan ucapannya kecuali rosullah. Ustad juga manusia yang tidak lepas dari salah. Setiap ucapan ustad harus di rujuk kembali ke alquran dan sunnah. 

Tapi perayaan ini baik, dan kami cinta nabi dan cinta islam? 
Nabi tidak pernah menyuruh mencintai dengan cara seperti itu. Anda ingin tahu cara mencintai islam dan cinta nabi 

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Alu Imron: 31).

Setelah penjelasan diatas, perhatikan bahwa perkara sesuatu itu baik tidak diukur dengan akal dan perasaan manusia, namun dengan dasar hukum Agama yaitu alquran dan hadist dengan pemahaman yang benar. 

Hadist berikut ini sudah cukup untuk bagi kita untuk meninggalkan perkara baru yang tidak pernah diajarkan rosulullah 

مَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867)

Penjelasan Mendetail Tentang Perayaan Maulid oleh ustad Dahrul Falihin Lc.

Penjelasan lebih rinci dan detail tentang hal ini bisa anda dengarkan dalam kajian yang dibawakan oleh Ustadz Dahrul Falihin, Lc. Kajian ini cuma 42 menit, dengarkanlah dan semoga kita semua terbuka untuk menerima kebenaran, mencukupkan pengamalan agama sesuai dengan apa yang di ajarkan nabi dan para sahabatnya dan para ulama yang berada di jalan yang lurus. Amin




Referensi lain : 
  1. Hukum Merayakan Maulid Nabi, https://muslim.or.id/34595-hukum-merayakan-maulid-nabi.html
  2. Peringatan Maulid Nabi menurut Syariat Islam https://almanhaj.or.id/2586-peringatan-maulid-nabi-menurut-syariat-islam.html
  3. Maulid Nabi Mneurut 4 Madzab, https://konsultasisyariah.com/26137-perayaan-maulid-menurut-ulama-madzhab.html
  4. Ulama Ahlusunnah menyikapi perayaan Maulid Nabi, https://rumaysho.com/869-ulama-ahlus-sunnah-menyikapi-maulid-nabi.html 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menghitung Umur Dalam Kalender Hijriah

 Dari kemarin saya kepikiran bagaimana cara paling mudah untuk menghitung Umur dalam Hijriah. Ternyata ketemu juga di website datehijri.com  Sebagai contoh Ahmad lahir tanggal 1 Januari 1990, berapa umurnya saat ini ( 27/03/2021) saat artikel ini ditulis. Nah langsung saja akses  datehijri.com . Mengapa kita perlu menghitung menggunakan calendar hijriah, karena semua Hukum Agama Islam itu menggunakan calendar Hijriah seperti Nisab Zakat, Umur 7 tahun bagi anak untuk diajari sholat, Umur Seorang dianggap Matang yaitu umur 40 Tahun  dan Rosullah meninggal ketika berumur 63 Tahun.  Semua Perhitungan tahun di Hadist dan Sirah nabawi menggunakan referensi Hijriah.  Umur 7 Tahun Hijriah  sekitar 6 Tahun 8 Bulan Masehi  Umur  40 Tahun Hijriah  sekitar 38 Tahun 10 Bulan Masehi Umur 63 Tahun Hijriah sekitar 61 Tahun 3 Bulan  Umur ini adalah amanah dan salah satu yang wajib dipertanggungjawabkan manusia.  “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (di

Kenapa Kita tidak Tergerak Sholat di Masjid?

  Keutamaan sholat Jamaah  وقال صلى الله عليه وسلم: صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً Nabi saw. bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama dari pada shalat sendirian dua puluh tujuh derajat.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Malik, imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam At-Tirmidzi, imam Ibnu Majah, dan imam An-Nasai dati sahabat Ibnu Umar r.a. Jika seandainya manusia di minta bekerja, dengan pekerjaan yang sama dan sama waktu pengerjaannya. yang satu di tempat A dengan gaji 1 Juta, yang satu di tempat B dengan gaji 27 juta, saya yakin 100% orang akan memilih kerja di tempat B. Namun anehnya ketika Ada kabar dari rosulullah bahwa sholat berjamaah mendapat pahala 27 kali lipat dibanding sholat sendiri, orang lebih memilih untuk sholat sendiri dirumah atau dikantornya. Bahkan yang lebih sedih lagi, kantor kantor Pemerintah, BUMN dan swasta ada masjidnya, namun para pegawai lebih memilih sholat di kantornya daripada melangkah kemasjid yang

Cara Membantu Kaum Muslimin di Palestina

  اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara , karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS Hujarat Ayat 10) مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586) Surat Al hujarat Ayat 10 dan Hadist riwayat Bukhairi no 6011 itu sudah cukup untuk memotivasi kita dan dan menyadarkan kita agar membantu kaum muslimin di Palestina. Kita tidak boleh diam, kita harus membantu Palestina semampu kita. Be